Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru

Sejarah Pembangunan

Kompleks Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru mulai didirikan pada tanggal 18 Agustus 1922, Romo Fransiskus Xaverius Strater SJ merupakan pelopor serta pendiri kompleks gereja Santo Antonius Kotabaru. Pendirian Gereja Santo Antonius Kotabaru ini dimulai dengan dibangunnya Kolese Santo Ignatius (Kolsani) dan Seminari Tinggi yang saat ini digunakan untuk Gedung Puskat. Kapel Kolsani merupakan kapel yang dibuka untuk umum agar umat dapat beribadah, pada waktu itu kira kira ada 360 umat yang dibaptis.

Karena banyaknya umat yang dibaptis, dan kapel kekurangan tempat, maka Romo Fransiskus Xaverius Strater, SJ berpikir bahwa umat memerlukan bangunan gereja untuk beribadah. Pada waktu itu Provinsial Serikat Jesus Indonesia mendapatkan donatur dari Belanda untuk membangun gedung Gereja. Dan Gereja yang dibangun diberi nama Santo Antonius van Padua (Santo Antonius Padua).

Gereja Santo Antonius Kotabaru selesai dibangun dan diberkati pada tanggal 26 September 1926 oleh Mgr. A. van Velsen, SJ yang saat itu sebagai Uskup Agung Jakarta. Pada awal didirikannya Gereja Santo Antonius Kotabaru ini digunakan oleh calon imam muda yang dan gereja ini masih berstatus gereja stasi dari Gereja Kidul Loji. Pada tanggal 1 January 1934 Gereja Santo Antonius Kotabaru resmi menjadi paroki sendiri.

Pada masa penjajahan Jepang, Kolsani dialih fungsikan menjadi tempat penampungan suster-suster dan wanita-wanita Belanda. Sementara Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru berfungsi sebagai gudang dari tentara Jepang dan untuk sementara waktu tidak difungsikan sebagai gereja. Pada tahun 1944, Romo Strater SJ dibunuh oleh tentara Jepang karena mengadakan rapat rahasia dengan beberapa Kepala Sekolah Kanisius seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Program pembangunan gereja masih berlanjut, perkembangan selanjutnya fokus pada pendidikan dengan membangun sekolah-sekolah seperti SD Kanisius Kotabaru, SD Kanisius Demangan, SD Kanisius Sorowajan, SD – SMP Kanisius Baciro, SMA Stella Duce dan SMA Kolese de Britto. Sampai sekarang gereja Santo Antonius Kotabaru melakukan pendewasaan paroki sendiri setelah berpisah dengan Kolsani pada tahun 1975.

Bangunan Gereja Santo Antonius Kotabaru

Bangunan Gereja Santo Antonius Kotabaru merupakan bangunan yang memanjang menghadap ketimur. Gedung utama yang sampai sekarang masih tetap ada yakni gedung bagian tengah mulai dari pintu utama (pintu Timur) hingga Altar. Pada perkembangannya karena semakin banyak umat yang beribadah, maka diakukan perluasan di bagian utara gereja dengan dibangunnya gedung sayap utara gereja. Untuk mengantisipasi banyaknya umat, jika tempat yang disediakan tidak mencukupi, umat dapat menggunakan menggunakan bagian luar (taman) utara dan selatan. Pembangunan terakhir sampai saat ini yakni penambahan tempat duduk dan bangunan terbuka pada bagian sayap utara gereja.

Bangunan Gereja Santo Antonius Kotabaru berbentuk limasan demikian juga kanopinya. Pada bagian depan ada sebuah menara yang dahulu dapat digunakan umat untuk beribadah di lantai 2, yang saat ini digunakan oleh Patemon (Multimedia Gereja). Di dalam bangunan utama gereja terdapat beberapa ruangan kecil yang digunakan untuk ruang pengakuan dosa, ruangan pengakuan dosa ini terbagi menjadi 2 ruangan, yakni ruangan untuk Romo dan ruangan lainnya digunakan oleh umat yang mengaku dosa, kedua ruangan ini disekat dengan tembok dan di tengahnya diletakkan jendela yang menghubungkan ruangan umat dengan ruangan romo. Pada bagian atap dari menara ini terdapat 2 lonceng besar yang digunakan untuk memberikan tanda bahwa ibadat akan dimulai, atau jika pada jam-jam tertentu untuk mengingatkan umat untuk berdoa pada jam-jam tertentu. Bangunan gereja terdiri dari 4 bagian atap, atap paling tinggi merupakan atap dari menara, bagian yang lebih rendah dari atap menara merupakan atap bangunan utama bagian tengah. Pada atap bagian altar yang berada di sebelah barat mempunyai tinggi lebih rendah dari pada atap bagian tengah. Atap yang paling rendah menaungi tepi kanan dan kiri ruang ibadah. Plafon gereja terbuat dari semen cor sebanyak 16 buah.

Pada jaman dahulu, terdapat beberapa patung santo santa yang sengaja dipasang pada bagian dinding gereja, pada masa penjajahan Jepang, gereja digunakan sebagai gudang dan patung patung dicopot dan dirusak. Setelah difungsikan menjadi gereja kembali, untuk menghiasi dinding-dinding dalam gereja dibuatlah lukisan-lukisan yang diambil dari ayat-ayat kitab suci. Di bagian sakristi, terdapat sebuah tempat yang digunakan untuk mempersiapkan Romo (Pastor) dan petugas-petugas gereja dan tempat untuk menyimpan peralatan misa yang akan digunakan. Pada ruangan tersebut terdapat beberapa alat yang sudah ada sejak tahun 1922 berupa cawan untuk misa, dan lampu-lampu yang dahulu digunakan gereja serta terdapat salib dengan hiasan batu mulia.

Pada tahun 2006 terjadi sebuah gempa besar di Yogyakarta, beberapa bangunan rusak termasuk bagian dalam Gereja Santo Antonius Kotabaru. Setelah gempa tersebut dilakukan perbaikan dan perawatan gedung gereja. Pada bagian gedung utama dibenahi pada bagian yang rusak, karena bagian altar mengalami kerusakan yang cukup parah, maka dilakukan perbaikan besar dan merubah wajah altar.

Daftar Pustaka :
https://gudeg.net/id/directory/31/378/Gereja-Santo-Antonius-Kota-Baru.html
https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/pilgrimage-sites/kotabaru/

Gambar :
http://1.bp.blogspot.com/-xGRm6OKLBzA/T5GKoO68TkI/AAAAAAAAAGM/Lfi5vpfgakA/s1600/1a.jpg
http://jogjatrip.com/media/objek/ca8a7eb92d875fc7861b3fe1eed2c7d6.jpg
http://www.google.co.id/url?sa=i&source=imgres&cd=&ved=0CAkQjBwwAA&url=http%3A%2F%2Fphotos.wikimapia.org%2Fp%2F00%2F01%2F73%2F38%2F54_big.jpg&ei=ugZeVZi9I8qLuASBpYPABw&psig=AFQjCNHOspHaKcnMt-AJezGvRNyGcijogQ&ust=1432311866738392
http://4.bp.blogspot.com/_Zwjkd_tpo8c/Sogfxp8jV4I/AAAAAAAAAqk/GxWxjw2FxMo/s1600-h/kotabaru.JPG